Ketika sore itu aku tengah duduk termenung dalam lamunanku. Bukan hal yang asing lagi jika aku termenung seperti ini. Suara apapun kuhiraukan layaknya manusia yang tak berpendengar sekalipun. Dalam lamunanku itu aku kemnali terbayang beberapa tahun silam. Pesta yang megah, mewah bahkan sangat mengembirakan bagi sepasang merpati itu. Yaaaa ! benar memang adanya. Rasanya saat itu hatiku hancur mrndapati hal tersebut. Aku tak menyangka, aku tak percaya dan aku juga tak dapat mencegah segalanya yang tengah terjadi pada hari itu. Agustus 2008 silam. Saat ini sudah lama berlalu . namun kenangan indah tak secepat itu aku lupakan.
Walaupun kini aku setengah sadar menjalani kehidupan Tuhan yang indah ini. Dimbang hidup dan mati, aku perlahan melupakan semua itu. Tetapi, apalah dayaku untuk dapat kembali ceria seperti dulu. Saat bahagiaku duduk berdua dengannya, semua selalu bersama. Hingga akhirnya hari pernikahan itu terjadi dan aku hanya dapat tersenyum memandangi semua itu. Kau tersenyum melihatku, tetapi, perlahan aku membalikkan tubuhku dan seraya itu aku menitikkan air mata kekecewaan. Sampai saat ini aku masih mencintaimu, menyayangimu seperti saat beberapa tahun yang lalu. Sama seperti amu yang mencintaiku apa danya, walau kita tak dapat bersama.
Saat kita pertama bertemu, menjalin hubungan itu dan aku hanya dapat tegar merataapinya. Wanita yang mana tak ingin bahagia bila kekasihnya setia. Wanita yang mana tak sakit hatinya bila putus cinta..... Tuhan, andai dia tau, bila menjadi aku sejuta rasa dihati. Lama tlah kupendam. Tapi kutakkan pernah mengatakan. Jujur, aku tak sanggup, aku hanya bersandiwara selama ini untuk dapat terus tersenyum dihadapanmu.
“ mungkin aku harus mengatakan yang sebenarnya kepadanya. Tentang rasa ini, hati ini yang sangat perih, luka, sayatan itu, dan . . . air mataku yang tak pernah ada henti-hentinya menangisi segalanya. Sampai ketika aku menuliskan ini, aku masih setia, aku masih sendiri, aku masih berlinang airmata, berlinang sejuta kenangan saat aku bersamamu, Kaka. “, ucapku dlam hati. Kutuangkan segala isi hatiku dalam lembaran-lembaran kelam dalam buku kesayanganku. Foto-foto kita saat kita bersama, saat kau ajariku mencari sebuah ilmu, saat kau mengajariku berenang, saat kau mengajarikununtuk bangkit dari segala masalah hidupku, saat – saatku jatuh terbesit luka di pelipis kananku, kau mengobati lukaku hingga kau menagis saat itu juga aku merasakan hangatnya kasih sayangmu.
“ Kaka, kau adalah yang terindah yang pernah aku miliki. Kau adalah adam yang Tuhan ciptakan beserta cinta kasihnya untukku. Kaka, engkaulah pangeran hidupku saat aku terjatuh dalam kesedihan. Engkaulah matahariku, puisi tentang hatiku. Takkan kulupakan segala tenyangmu karena kaulah yang mengajariku untuk tidak mudah goyah dalam mengahdapi apun. Kaka, walau aku tau kini kau tak lagi dapat sebebas hari lalu, walau kini aku tau buah hatimu telah beranjak balita, kini aku mengerti bahwa cinta tak selamanya harus memiliki”
Kaka, apakah kau masih ingat tentang ini?
‘ Setelah kita tau kalau itu bukan satu harapan mungkin di dunia kan datang itu menjadi kenyataan. Wahai bungaku, semoga engkau adalah wanita yang terbaik dalam hidupku walau ku tau ku tak memilikimu seutuhnya ‘
Kaka masih ingat itukah?
Itu yang membuat aku sadar bahwa aku tak boleh untuk terus menangisi semuanya, aku tak boleh selamanya meratapi kepedihanku karena pernikahanmu.
Apakah kaka juga Ingat waktu ini : 23 Desember 2010 at 10:15 p.m
`Pujaan Hati`
Heii Pujaan hati
Apa kabarmu ?
Ku harap kau baik-baik saja
Pujaan hati
Andai kau tahu
Ku sangat mencintai dirimu
Heii pujaan hati
Setiap malam
Aku berdoa pada Sang Tuhan
Berharap cintaku jadi kenyataan
Agar ku tenang meniti kehidupan
Hei pujaan hati.. Pujaan hati Pujaan hati Pujaan hatiiii
Mengapa kau tak membalas cintaku?
Mengapa engkau abaikan rasaku?
Ataukah mungkin hatimu membeku . . . . .
Hingga kau tak pernah pedulikan aku
Cobalah mengerti keadaanku
Dan cobalah pahami keinginanku
Ku ingin engkau menjadi milikku
Lengkapi jalan cerita hidupmu...
Pujaan hatiiiiii............
~
.....L-Fchresta.....
Sebuah jarum yang pernah menusuk,
Tumpul kini layu kokohnya,
Sebuah cinta yang tak kembali,
Rapuh kini tegar hatinya,
Melati berayun samar-samar
Kelak hatiku tersayat durinya
Dahan rindang elang bergerak
Laksana samapan terhempas ombak
Berlalu sekejap lama terurai
Bak tahta yang lama tercapai
Kita tak selalu bersama
Hati yang tak pernah bersatu
Cinta tak rapuh
Kasih tak pudar
Aral yang melintang
Bayangmu dalam kalbu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar