Jumat, 25 November 2011

Cintaku di pematang sawah

Ini cerpen karyaku sendiri,jd maaf maaf aja klu kurang bagus... Selamat membaca! 

"Hmmm..Good Morning my world! Pagi yang indah di kampung halamanku", kataku menyambut sang fajar."It's amazing!", sahutku.Ternyata kebiasaan orang-orang di desa ini dari dulu sampai sekarang gak pernah berubah! Kebersamaan dan kesederhanaan masih sangat erat. Terlebih saat mataku tertuju pada para wanita tua yang sedang menumbuk padi dengan menggunakan alu & lesung.Udara disini masih segar banget! Beda dengan dikota tempatku menempuh pendidikan, kota yang penat & penuh dengan polusi, kesibukan serta kemacetan. 

Aku pun terus berjalan menapaki pematang sawah dengan sawahnya yang hijau dan pemandangan yg indah. Aku jadi inget sama mereka ketika kumelihat gubuk kecil&kerbau yg sedang membajak sawah. Kira-kira gimana ya kabar mereka? tanyaku dalam hati.

"Wiit... Witaaa!!", teriak seorang wanita memanggilku. Ternyata wanita itu adalah Atrydiah Sastrosupeno, sahabat kecilku yang pemikirannya dewasa."Piye kabarmu ta? Apik to? Ayu tenan kowe saiki!", sahut Diah dengan wajah gembira."Halah-halah, kamu ini bisa aja sih! Aku baik-baik aja kok. Kamu sendiri & lainnya gimana?", tanyaku karena ingin tau kabar Diah,Citra,Trisno,Joko,Tyo dan Retno."Yoo kami ki nang kene apik-apik wae ta! Aku ki arep nang umah Retno, kowe arep milu ora? Beythewey,piye kuliahmu?", tanyanya serasa ingin tau.Aku dan Diah pun menuju rumah Retno sambil bercerita tentang keadaan masing-masing dan kuliahku.

"Doorrrrr!!!", suara seorang pria terdengar tiba-tiba ketika aku dan Diah sedang asyik berbincang." Iki Wita toh? Anindya Wita Maharani Putri? Tambah ayu kowe! Pangling aku!", ceplosnya dengan nada yg seru. Aku tertegun sejenak berfikir karena melihat perubahan yang lumayan dari Adityo Wibisono, sahabat kecilku yang lucu dan suka makan madu."I... Iya! Kamu ini . . . . Tyo kah?", jawabku pura-pura ragu.Sekejap itu pun ia terus menanyakan kabarku,kuliahku&perubahan yg ada pada diriku serasa ia ingin tau semuanya."Yukk ah, Kita jalan lagi!", sambar Diah.Sepanjang perjalanan kerumah Retno aku menceritakan tentang kuliahku pada Tyo dan Diah pun ikut mendengarkannya.

Ternyata disana udah ada Joko, Trisno dan Citra, dirumah Retno mereka juga menanyakan kabarku & kuliahku.Sambil menikmati singkong bakar dan teh manis yang telah disuguhi akupun menceritakan kabar & kuliahku yang ku tempuh diKota Jakarta.Setelah puas bernostalgia, aku pulang bersama dengan Tyo yang kebetulan 1 arah denganku. Sepanjang jalan di pematang sawah kita masih aja lanjutin obrolan dan gak sengaja juga kita tukeqan no hp. Tyo mengajakku untuk bertemu di pematang sawah esok pagi. Aku tersenyum mengangguk & teringat waktu dulu aku, Tyo & sahabatku main disawah milik Pak Bejo. Kita semua naik kerbau, Tyo dan Trisno jatuh kecebur disawah hingga ditertawakan olehku Diah & lainnya. :D 

Sambil duduk di gubuk kecil ditengah-tengah pematang sawah, aku menikmati pemandangan yang indah dengan udara yang sejuk. Gak lama Tyo datang dengan membawa kerbau miliknya dan kita naik kerbau menyusuri pematang sawah sambil bernostalgia tentang kita yang dulu. Memang sih, dulu Diah dan Joko sempat berkali-kali bilang kalau sebenarnya Tyo itu punya perasaan yang lebih untukku dari sekedar sahabat. Citra juga pernah bilang kalau Tyo suka sama aku karena kita sering bersama dan sering jumpa, tapi aku tidak terlalu menanggapinya. Padahal aku juga merasakan sesuatu yang beda dari Tyo buat aku, apalagi perhatian & pengertiannya . 

Ketika aku sedang asyik dengan Tyo, tiba-tiba datanglah seorang wanita dikepang 2 rambutnya,layaknya gadis desa yang lain. Wanita itu bersikap sangat aneh melihat kebersamaanku dengan Tyo."Sopo gadis iki toh yo? Pacarmu po? ", tanyanya ketus dengan wajah yang ditekuk."Opo toh lin? Kowe cemburu lihat aku karo Wita sahabatku?", jawab Tyo. Wanita itu lalu lari meninggalkan kami, jujur hatiku bertanya-tanya siapakah wanita tersebut??Malam harinya terdengar suara pintu diketuk, ternyata yang datang adalah Retno, Diah dan Citra yg ingin bersilaturahim.

Aku teringat dengan wanita tadi dan aku menceritakan kejadian saat ku dengan Tyo dan menanyakan siapa wanita itu? Ternyata dia adalah Caroline Pratiwi yang baru 3tahun tinggal didesa ini untuk menempuh S1nya di Kota tempat kelahiranku ini. Pantas saja aku gak kenal, mereka menceritakan semua tentang Caroline dan ketiga sahabatku tau dan mengerti benar kalau Caroline suka banget hingga jatuh cinta gitu sama Tyo."Hati-hati lho ta! Dia itu bakal ngelakoni opo wae sing dia mau & iso buat musnahin sopo wae yang ngedeketi Tyo", kata Diah menasehatiku. 

Sepulangnya sahabatku aku masuk kamar untuk segera tidur, terdengar dering sms, ternyata dari Tyo, "Besok kita ke Parang Tritis yuk Wit!?"."Okeii, jam 9 ya! See u next morning!", balasku singkat.Esok paginya aku berangkat menggunakan sepeda ontel, karena jarak dari rumahku ke Parang Tritis tidak begitu jauh. Terlihat dari kejauhan disana Tyo udah datang lebih dulu, kita langsung main dengan ombaknya yang bagus dan pasir pantai. 

"Heh cewe kota! Berani-beraninya ya kowe deketi sampe jalan bareng Tyo sing aku tresno?!!", labrak Caroline secara tiba-tiba hingga ku terjatuh.Belum sempat ku menjawab, Tyo segera menarik Caroline & berbicara padanya terlihat sepertinya Tyo memarahi Caroline.Caroline pun pergi, "Aku minta maaf yo Ta,atas sikap Caroline tadi? Dia iku bukan siapa-siapaku, Just konco. Aku harap kamu bisa ngerti dan percaya aku!", kata Tyo meyakinkanku. 

Aku tersenyum dan menganggukkan kepala karena aku tau bagaimana Tyo itu sebenarnya. Matahari mulai tenggelam dan kamipun segera pulang.Keesokan paginya aku pergi kepematang sawah untuk menghirup udara sejuk & menikmati pemandangan yang ada sambil duduk dekat gubuk. Tiba-tiba Tyo datang dan duduk disampingku dan ia mengatakan mengenai apa yg ia rasa selama ini kepadaku & ternyata kata-kata dari sahabatku benar!"Aku tresno karo kowe Wit! Wes suwi aku nduwe roso iki karo kowe!", katanya dengan wajah berseri.

"Tapi, bagaimana dengan Caroline yang suka dan jatuh cinta sama kamu?", jawabku cemas."Aku ra peduli, aku ra nduwe roso lebih buat Caroline, Wit! Tresnoku hanya untukmu seorang! Maukah kau menjadi pacarku?", tanyanya sambil memegang tanganku dan menatap mata indahku."Uwess...! Trimo ae Wit!!", sahut sahabatku serentak yang tiba-tiba muncul dari balik gubuk."Ayolah Ta, trimo wae! Ra usah mikiri si ketus Caroline itu!", tambah Joko."Betul itu! Kalian berdua iki sama-sama memendam rasa toh?", sambar Retno."Kalian iki wis layaknya bersatu, bagai Romeo and Juliet! Tyo selama ini gak pernah berpaling apalagi berpacaran dengan gadis lain Wit! Tresnone mung untuk kamu seorang!!", kata Diah meyakinkanku. 

Aku tersipu malu, memang dari dulu sampai sekarang aku juga merasakan kalau selama ini Tyo baik dan perhatian banget sama aku, dia mengerti aku disaat aku sedih maupun gembira."Aku mau jadi pacarmu Yo! Selama ini aku juga ngerasain sesuatu yang lebih dari kamu untukku!", jawabku sambil tersenyum bahagia dipagi yang indah di pematang sawah disaksikan oleh bulir padi yang menguning & para sahabatku.Burung-burung pun berkicau seakan tau peristiwa indah terjadi pagi ini."WIT ING TRESNO JALARAN SOKO KULINO", teriak para sahabatku kompak.

Aku dan Tyo tertawa bahagia mendengar kalimat tersebut, kami semu juga melihat Caroline yang berlari sambil menangis mengetahui kami bersatu. Hal yang tak pernah kuduga sebelumnya ternyata, persahabatan kami menjadi sebuah cerita cinta dipematang sawah yang indah ...

Danke :)
at the ricefield